INILAH ANAKKU YANG PALING BERBAKTI

Memiliki seorang anak gadis, cantik enak dipandang dan menyejukkan hati, sungguh sebuah impian bagi kita semua, ketika sebagian besar orang tua justru mengeksploitasi anak gadisnya untuk meraih ketenaran dan meraup banyak uang.

Padahal anak kita hanyalah tamu sesa’at dalam kehidupan kita, saat ini hadir, besok bisa jadi sudah pergi meninggalkan kita atau kita yang akan pergi meninggalkannya, hanya amal sholeh yang kita rajut bersama yang akan menyatukannya kembali dalam Istana Keabadian penuh kenikmatan yang tiada berbatas.
——–

Seorang Syeikh hafizhahullah pernah bercerita:

seorang gadis tetanggaku. ia adalah tetanggaku dalam satu lingkungan di mana aku tinggal. Ayahnya adalah seorang yang shaleh. Tidak pernah meninggalkan shalat di masjid sekalipun. Gadis itu berusia 24 tahun.

Ia sangat bahagia dengan pekerjaannya sebagai guru, meskipun tempat mengajarnya jauh dari rumahnya. Ia dan beberapa kawannya biasa pergi ke tempat kerjanya dengan menumpang sebuah mobil yang mereka sewa. Mereka pergi bersama dan pulang pun bersama-sama.

Sebelum bulan Ramadhan tahun 1424 H, keluarganya dikejutkan dengan perkataan yang diucapkannya. Ia mengatakan kepada mereka -sebelum bulan Ramadhan-:

“Jika aku mati, maka janganlah kalian bersedih atasku, karena menyerahkan semua yang kukerjakan ini untuk Allah, dalam rangka mengajarkan ilmu yang diberikan Allah kepadaku.”

Ia selalu keluar dengan mengenakan hijabnya yang menutup seluruh tubuhnya dari kepala hingga ujung kakinya.

Sebelum kematiannya, ia telah meminta kepada ayahnya untuk mengajaknya ikut serta mengerjakan shalat Jum’at. Maka sang ayah pun membawanya, dan itu terjadi di pertengahan bulan Ramadhan.

Dua hari setelah hari Jum’at itu. Tepatnya hari Senin, 15 Ramadhan 1424 H, ia keluar dari rumahnya dalam keadaan berpuasa, dan hal terakhir yang ia kerjakan adalah membangunkan salah seorang kawannya untuk menunaikan shalat Subuh.

Di sepanjang jalan dalam mobil menuju tempat kerjanya, ia membaca Al-Qur’an dengan suara lirih.

Dalam perjalanan itu Ia mengalami kecelakaan hingga wafat, dan ketika ia meninggal pun, mushaf itu masih ada di tangannya!!

Ia meninggal pada hari Senin di bulan Ramadhan. Persis seperti ia dilahirkan pada hari Senin di bulan Ramadhan pula!

Ia meninggal setelah menunaikan shalat Subuh. Ia tidak tidur setelah subuh untuk membaca AI-Qur’an hingga tiba waktu untuk bekerja.

Ia meninggal setelah ia berdakwah pada hari itu dengan mengajak kawannya untuk mengerjakan shalat.

Ia meninggal dan al-Qur’an ada di tangannya.

Ia meninggal, dan ketika mereka mengeluarkan jasadnya dari kendaraan, mereka mengatakan: “Demi Allah, ketika kami mengeluarkannya dari mobil itu dan meletakkannya dalam ambulan, tidak ada sedikit pun bekas luka atau memar di tubuhnya!”

Ia memang selalu mengenakan celana panjang di balik hijab yang menutupi tubuhnya, dan berkata:

“Jika Allah menakdirkan aku mati, maka tidak ada yang dapat melihat auratku ”.

Syeikh yang bercerita itu menangis, lalu melanjutkan kisahnya):

Ia meninggal persis seperti yang ia idamkan. Ayahnya terpukul berat mendengar kematiannya. Ketika ia melihatku masuk untuk menyampaikan takziyah kepadanya, ia memelukku. Dan di depan banyak orang, ia menangis tersedu-sedu dan berkata:
“Inilah anakku yang paling berbakti, wahai Muhammad!”

Selamat untuknya dengan semua Al-Qur’an yang ia baca, keberbaktiannya pada orang tuanya, dakwahnya, puasanya, dan kematian di bulan Ramadhan itu. semoga Allah merahmatinya.
———-
Sahabat, Berbekallah segera, karena Tiada yang menemani dalam kubur selain apa yang pernah dikerjakan.

Jika kita sibuk dengan sesuatu, Maka jánganlah sibuk selain dengan apa yang diridhai Allah SWT. Karena tiáda yang menyertai seorang setelah kematiannya Ke alam kuburnya selain apa yang ia amalkan .

Ingatlah seorang itu hanya tamu dalam keluarganya, Singgah sebentar, lalu setelah itu ia harus pergi

Published by iscer

Mari Bersama Belajar dan Mengamalkan Islam

Leave a comment